Ajaran Tauhid Dalam Beragamnya Budaya Nusantara
Assalamualaikum Wr.Wb
Halo gaes!!
Kali
ini saya mau menceritakan pengalaman saya yang kedua dan pertama, tapi kali ini
saya sepertinya mau menceritakan pengalaman yang kedua saya dulu. Cerita
pertama untuk menuju kerumah narasumber saya star dari kekalik menuju lingsar
untuk menjemput terlebih dahulu teman saya yang mengetahui lokasi kepemilikan
naskah kuno tersebut. Untuk mengantarkan
saya dan teman-teman lainnya ke lokasi pemilik salah satu naskah kuno tersebut
dengan waktu tempuh 50 menit untuk menuju kerumah tini. Sebelum saya dan
teman-teman menuju ketempat lokasi pertama-tama saya menghubungi teman saya
yang bernama tini untuk menghubungi narasumber kembali untuk menanyakan kepastian
keberadaan bapak dan apakah bisa kami bertamu kerumah bapak untuk mencari tau
kepemilikan naskah tersebut. Setelah teman saya menghubungi narasumber kami dan
dibalas kami pun di perbolehkan untuk datang kerumahnya. Ke esokan harinya
tepatnya pada hari selasa saya dan teman-teman sepakat untuk mendatangi rumah
narasumber kita yang berada di daerah monjok. Untuk menuju rumah narasumber,
kami menempuh perjalanan menujut tempat narasumber sekitar satu jam jika
menggunakan kecepatan kendaraan yang santai. Sebelum kami berangkat kelokasi
narasumber atau kepemilikan naskah kuno tersebut saya dan teman-teman menjemput
teman kami yang bernama tini untuk mengantarkan kami kelokasi kepemilikan
naskah tersebut. Perjalanan menuju rumah teman saya yang berada di lingsar saya
melewati gomong,dengan dua lampu merah menuju jalan udayan, lalu rembiga dan
sampailah kami di lingsar kira-kira perjalanan tersebut menempuh waktu kurang
lebih 50 menit untuk menuju kerumah teman saya yang bernama Tini. Setelah
sampai dirumah tini kamipun langsung bergegas untuk menuju kelokasi sebenarnya
yaitu lokasi narasumber kami yang berada di monjok.
Perjalanan
menuju rumah narasumber kami saya star dari kekalik menuju lingsar untuk
menjemput teman saya yang mengetahui rumah dari pemilik naskah kuno tersebut
lalu langsung menuju kelokasi narasumber kami. Setelah itu saya melanjutkan
perjalanan menuju rumah narasumber atau kepemilikan naskah tersebut yang berada
di monjok. Selama perjalanan kami melewati beberapa lampumerah dan persawahan,
perumahan di pinggir jalan dari lingsar ke monjok. Setelah melewati dan
menempuh perjalanan tersebut sampailajh kami di rumah pemilik naskah kuno,
kamipun mengucapkan salam pada seseorang yang sedang duduk di berugak dan salam
kamipun dijawab oleh ibu tersebut. Setelah itu kamipun di persilahkan untuk
masuk dan duduk. Lalu kami menanyakan perihal kedatangan kami kesini untuk
bertemu dengan bapak pemilik naskah kuno tersebut dan ibu itu langsung menjawab
oh mau bertemu bapak Aseh silakan duduk dulu. Kamipun duduk di samping ibu
tersebut lalu kamipun menayakan keberadaan bapak Aseh yang memiliki naskah
tersebut. Tetapi, bapak aseh saat itu sedang tidak berada dirumah melainkan
bapak Aseh sedang berada di sawah atau ladang. Setelah saya berbincang-bincang
dengan ibu tersebut, tidak lama ibu itu menceritakan perihal dirinya kenapa
saat mengobrol mungkin pandangan saya hanya satu arah saja dan kami pun
menjawap oh tidaj apa-apa buk. Kata kami
Setelah itu ibu
tersebut yang bernama ibu anai menceritakanlah perihal yang terjadi pada
dirinya bahwa ibu ani tersebut tidak bisa melihat dan hanya bisa mendengarkan
suara saja. Kebetulan ibu tersebut adalah adik dari Bapak Aseh pemilik naskah
kuno tersebut. Setelah saya mengetahui ibu ani tidak bisa melihat kamipun
meminta maaf karena kami tidak mengetahui hal tersebut dan bahkan ibu tersebut
meminta maaf kembali kepada kami dan kami menjawab kemabli tidak apa-apa buk.
Setelah kami berbincang dengan ibu ani kamipun pamitan untuk bergegas mencari
dan menemui Bapak Aseh yang sedang berada di sawah/ ladang . untuk menuju
ladang Bapak Aseh kami menempuh perjalana sekitar 10 menit untuk sampai
kelokasi persawahan bapak Aseh dan selama di perjalanan menuju sawah bapak aseh
kami melewati perkampungan dan dua jembatan besar yang berwarna kuning dan biru
dan di bawah jembatansebalah kiri itulah letak sawah / ladang Bapak Aseh
tersebut. Setelah sampai di perswahan bapak aseh kami memparkirkan kendaraan
kami yang tepatnya di samping kendaraan bapak aseh yang di pinggir jalan
tersebut, setelah parker kamipun turun menuju sawah atau ladang bapak aseh dan
mencari posisi dari bapak aseh tersebut. Kami pun melewati jembatan kecil yang
dialiri air sungai yang menuju persawahan warga yang dikelilingi perswahan yang
sedang tumbuhnya padi-padi muda nan hijau dengan alunan rerumpunan padi yang
dihembus oelh angin serasa ketenangan menghampiri kami dengan kesejukan yang
alami samapi terbawa keruang imaji membuat hati tenang.
Setelah kita
melewati jembatan tersebut dan di kelilingi persawahan secara perlahan kami
menelusuri sawah itu kembali untuk mencari keberadaan bapak Aseh sambil
bertanya kepada bapak-bapak yang sedang mencari rumput (Ngawis) untuk pakan kuda. Kami pun diberitahu
keberadaan Bapak Aseh bahwa beliau berada di ujung pematang sawah dan kami pun
bergegas menghampiri beliau yang sedang berada di ujung sawahnya. Kamipun
mengucapkan salam pada Bapak aseh dan bapak aseh pun menjawab salam kami tanpa
basa-basi Bapak aseh mempersilahkan kami duduk di pematang swah beliau dan kami
di sambut dengan ramah-tamah. Lalu kami memberitahu maksud dan tujuan
kedatangan kami mencari beliau bahwa kami ingin mencari tau tentang sejarah
naskah kuno. Serta kami di arahkan untuk duduk agar hal tersebut akan
diceritakan secara santai. Setelah itu, kami pun bertanya tentang sejarah
naskah kuno dan bapak tersebut mulai menceritakan tentang sejsrah atau cerita
yang tertuang pada kumpulan tulisan kawi yang di tulis di atas lontar tersebut
secara bertahap. Naskah tersebut berjudul tentang Haparas Nabi Bercukur yang
dimana isi ceritanya lebih kurang tentang Nabi Muhammad bercukur yang katanya
dahulu saat penulisan isi naskah tersebut menggunakan bahasa arab yang di
terjemahkan ke bahasa kawi tetapi maknanya tidak di rubah, tidak di
lebih-lebihkan bahkan tidak ada yang dirubah sedikitpun dan bahasa arabnya pun
tidak semuaya di artikan kedalam bahasa kawi yang ditulis menggunakan daun
lontar.
Setelah bapak
aseh menceritakan isi naskah tersebut beliau menceritakan awal mulanya naskah
tersebut ada pada beliau yang katanya naskah tersebut diberikan atau diserahkan
oleh orang tuanya secara turun temurun dan naskah tersebut tidak bisa di
serahkan kepada orang yang belum memenuhi syarat atau criteria untuk diserahkan
dan naskah tersebut tidak pula diperjual belikan. Isi dari baskah tersebut
mengenai Haparas Nabi tentang anak bayi yang baru dilahirkan atau yang baru
berusia 7 hari untuk dicukur rambutnya atau istilahnya Kurisan/Ngurisan. Sama
halnya dengan para nabi lainya yang di cukur helai rambutnya, sama seperti
rambut Nabi Muhammad itu tidak sembarang yang mencukur rambutnya. Melainkan harus
diturunkan para bidadari-bidadari untuk memegang helaian rambut Nabi Muhammad
yang sudah di cukur tersebut untuk menjaga helaian rambut tersebut tidak
tersentuh langsung di tanah. Sampai para bidadari-bidadari yang diutus dari
kayangan pun bertanya mengapa harus parabidadari-bidadari yang menjaga dan
memegang helaian rambut Nabi Muhammad ya agar helaian rambut tersebut tidak
terkotoro oleh apapun dan tetap suci dengan adanya penjagaan dari bidadari-bidadari
yang di utus dari kayangan dan rambut tersebut sebagai sumber kekuatan juga
untuk para bidadari-bidadari tersebut.
Bapak Aseh pun
menceritakan tentang pengalamanya pernah pergi keberbagai daerah untuk mewakili
Lombok seperti ke daerah Bali, Tasik, Jawa, Jakarta bahkan Manado dan hal
menarik pun dialami oleh bapak Aseh saat berada di daerah Manado. Di manado
bapak Aseh bapak aseh menceritakan bahwa ada danau 3 warna yang dimana bapak
aseh pun penasaran dengan hal tersebut. Setelah mengetahui ada danau tiga warna
saat di perjalanandi manado kebetulan bapak aseh dan rombongan melewati danau
tiga warna tersebut dan para rombongan pun berhenti untuk beristirahat sambil
menikmati warna dari danau tersebut. Saking penasarannya bapak aseh dengan
warna danau yang ada 3 bapak aseh pun turun ke bawah danau tersebut untuk
memastikan apakah danau ini memiliki tiga warna karena efek dari airnya atau
dari tanagnya yang memiliki kenuikan 3 warna tersebut. Saat bapak aseh turun
ternyata bapak aseh tidak mengetahui bahwa tidak ada siapapun yang boleh turun
kedanau tersebut untuk memastikan apa penyebap danau tersebut memiliki tiga
warna. Setelah bapak Aseh turun tanmpa sepengehtahuan rombongan dan para warga
bapak aseh pun turun dan ada salah satu temannya yang mendampingi namu tidak
jadi dan bapak aseh bergegas turu sendirian. Setelah setengah perjalanan bapak
aseh ketahuan turun sednriiin untuk menuju ke dasar sungai tersebut dan
akhirnya bapak asehpun naik ke atas karena beliau langsung dipanggil oleh
bebrapa warga untuk naik agar tidak terjadi sesuatu dan laihan yang tidak
diinginkan dan tidak jadi mencari tahu perihal mengapa danau tersebut memiliki
tiga warna. Setelah sampai di atas
beliapun menceritakan hal mengapa dia turun karena beliau penasaran katanya dan
beliaupun mengatakan didak merasakan hal-hal aneh yang terjadi pada dirinya
selama turun ke tepian sungai semenjang didampingi dengan doa dan wallahualam
sejak mengantongi atau membawa naskah tersebut di setiap kemanapun beliau pergi
selalu mengantongi naskah tersebut. Karena menurut beliau naskah tersebut yang
katanya bisa memberikan keamanan pada dirinya.
Oke gaes mungkin
hanya ini dulu yang dapat saya ceritakan pada kalian tentang pengalaman saya
menacri tau cerita atau sejarah tentang naskah kuno yang ada di daerah Lombok.
Sekian cerita tentang pengalaman perjalanan saya menelususri serta mencari tau
sejarah tentang naskah kuno yang berjudul Haparas Nabi (Nabi bercukur) kurang
dan lebihnya saya mohon maaf sebesar-besarnya apa bila ada salah-salah kata dalam
pengetikan cerita di atas atau hal-hal yang di ceritakan kurang saya mohon maaf
sebesar-besarnya. Karena sejatinya saya hanya mencari ilmu serta pengalaman
untuk menambah wawasan saya mengenai hal tersebut, mungkin hanya ini yang dapat
saya sampaikan tentang pengalaman saya mencari naskah kuno yang ada di Lombok.
Untuk mengetahui cerita selanjutnya tetap tunggu di blog ini yah!!
Terimakasih,
Wasalamualaikum Wr.Wb
Pengalaman yg menarik dan yang dibahaspun tentang budaya yang memang harus tetap di jaga
BalasHapusTerimakasih mbak
HapusMari melestarikan budaya nusantara (naskah kuno)
BalasHapusTerima kasih informasinya, Mita. Pengalaman yang pastinya mengesankan dan tentu memberikan manfaat bagi pembacanya. Terus berkarya ya!
BalasHapusTerimakasih atas komentar dan terimakasih sudah mampir di blog ini mbak
HapusInformasi yg bermanfaat banget mba Selain itu jga kita tetep harus melestarikan adat Khususnya tentang cerita mba tentang nabi bercukur. Yg didalam ceritanya banyak manfaatnya.Serta Ditunggu cerita selanjutnya mba Mita. Terimakasih.
BalasHapusTerimakasih kembali mbak
HapusInformasi tentang cerita perjalanan mencari naskahnya bagus.semoga ada informasih-informasi lainya lagi.
BalasHapusTerimakasih.ditunggu saja info selanjutnya
Hapusinformasinya sangat memotivasi masyarakat, khususnya remaja. kembangkan mbak
BalasHapusTerimakasih
HapusCerita perjuangan mba' miftahul mencari naskah kuno
BalasHapusMenarik sekali, Terimakasih sudah berbagi pengalaman yang luar biasa
BalasHapus