SORONG SERAH

1. Aji Krama
Sebagaimana telah dikemukakan bahwa Aji Krama merupakan nilai kebiasaan yang diberikan kepada kelompok-kelompok masyarakat sebagai bentuk penghargaan terhadap status sosial yang dimiliki. Pembagian Aji Krama pada masyarakat suku Sasak berdasarkan pembagian tingkatan kelompok masyarakatnya. Pembagian tingkatan masyarakat ini dinamakan kasta atau dalam ilmu sosiologi dikenal dengan istilah Stratifikasi Sosial.
Di samping itu, Pembagian Aji Krama memiliki hubungan yangerat dengan masuknya agama Islam di pulau Lombok. Karena itu, besarnya Aji Krama dilakukan berdasarkan pada jumlah hitungan tasbih yang biasa digunakan, yaitu99, 66, dan 33.Pemberian Aji Krama dengan nilai seperti ini merupakan bentuk penghargaan terhadap kelompok-kelompok masyarakat, sesuai dengan fungsinya di dalam masyarakat.
Seorang raja, karena memiliki fungsi dan tanggung jawab yangpaling besar jika dibandingkan dengan kelompok-kelompok masyarakat lainnya, diberikan penghargaan tertinggi. Demikian juga para pejabat, karena mempunyai fungsi dan tanggung jawab yang lebih besar jika dibandingkan dengan orang-orang biasa/rakyat biasa, diberikan penghargaan yang sesuai dengan fungsi dan tanggung jawabnya.
Pembagian Aji Krama yang ada saat ini, ditentukan pemakaiannyaberdasar pada kebijakan dan alasan-alasan yang sesuai dengan kepatutan bagi masyarakat . Pembagian Aji Krama yang ada sekarang ini, semata-mata untuk menjaga kemurnian sebuah keturunan.
Aji krama terdiri atas tiga bagian, yaitu :
a. Sesirah/Otak Bebeli
Sesirah berasal dari kata Sirah yang artinya kepala. Sehingga, sesirah berfungsi melambangkan jati diri dan nilai yang melekat pada keluarga pengantin pria secara turun menurun. Sesirah biasanya ditandai dengan benda seperti emas, perak atau perunggu. Pemakain logam mulia ini akan disesuaikan dengan status sosial keluarga pengantin pria.
b. Napak Lemah
Napak Lemah terdiri atas dua kata yaitu kata napak yang berarti kaki dan lemah yang berarti tanah. Napak Lemah bermakna menginjakkan kaki di tanah. Napak lemah merupakan simbol keberadaan manusia yang diturunkan oleh Allah di muka bumi ini sebagai khalifatul ardi. Tugas dan fungsi manuia dalam dunia sebagai khalifatul ardi ini dijelaskan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an yang artinya: dan tiada aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepadaKu.
Manusia diciptakan di atas bumi ini tidak hanya untuk mencari makan untuk bertahan hidup. Karena sebagai satu-satunya makhluk yang memiliki akal, manusia membutuhkan lebih dari sekedar bertahan hidup. Manusia membutuhkan kedamaian, perlindungan, penghargaan dan juga aktualisasi diri atas potensi-potensi yang dimiliki. Akan tetapi dalam melaksanakan eksistensinya sebagai khalifah, manusia diajarkan untuk selalu ingat aka asal penciptaannya yaitu tanah. Masyarkat suku Sasak juga diajarkan untuk selalu ingat kematiannya. Sehingga, tuntunan seperti ini akan menjadi pegangan bagi masyarakat suku Sasak dalam berbuat dan bertingkah laku.
Nilai pilosofis yang tertuang dalam napak lemah ini merupakan implementasi dari tujuan agama yang tertuang dalam firman Allah SWT surat Al-Bayyinah ayat 5 yang artinya : padahal mereka tidak disuruh kecuali menyembah kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepadaNya dalam menjalankan agama dengan lurus.
c. Olen-Olen
Kata olen-olen berasal dari kata len-len atau lian-lian yang berarti lain-lain/berbeda. Olen-olen terdiri atas sejumlah kain yang yang diikat dengan selendang dan  diletakkan pada sebuah peti. Makna olen-olen ini adalah : masyarakat suku Sasak yang mendiami sebagian besar pulau Lombok ini hidup berkelompok-kelompok dan bertingkat-tingkat. Akan tetapi, mereka tetap berada dalam satu kesatuan dengan ikatan kekeluargaan sebagai masyarakat suku Sasak yang Islam.
Pola pandangan kekeluargaan seperti ini sanghat sesuai dengan nilai Islami yang dikemukakan dalam Al-Qur’an yang artinya :  Hai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan menjadikan kamu  berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu dapat saling kenal mengenal (Al-Hujurat : 13).
Konsep pandangan masyarakat budaya suku Sasak inipun diilhami oleh hadist Rasulullah SAW yang artinya : bahwasanya antara satu muslimin dengan muslim yang lainnya adalah bersaudara. Hubungan yang sangat erat antara pelaksanaan hukum Islam dalam konsep budaya masyrakat suku Sasak merupakan perwujudan implementasi konsep Islam dam budaya tradisional kita. 
2. Arta Gegawan
Selain Aji Krama, dalam pelaksanaan acara sorong Serah Aji Krama haruslah dilengkapi dengan benda-benda yang disebut Arte Gegawan. Arte Gegawan memiliki makna barang-barang bawaan. Arte Gegawan merupakan symbol yang mengandung pilosofis yang sangat tinggi. Arte Gegawan terdiri atas :
a. Salin Dede
Istilah Salin Dede berasal dari kata Salin dan dede. Kata salin memiliki arti mengganti sedangkan kata dede berarti mengasuh. Sehingga salin dede memiliki pengertian mengganti untuk mengasuh. Adapun wujud dari salin dede ini adalah kain umbaq, ponjol, ceraken, kedogan (sabuk nganak), semprong tereng,kain putih, benang kataq dan pisau kecil untuk hitanan. Makna utama yang diwakili oleh Salin Dede dalam kegiatan upacara adat Sorong Serah Aji Krama adalah serah terima tanggung jawab dari pihak keluarga pengantin wanita kepada suaminya. Jika selama hidup sejak lahir hingga saat menikah, seorang gadis merupakan tanggung jawab ortang tuanya, maka setelah menikah seorang wanita akan menjadi tanggung jawab suaminya. Konsep pola piker seperti ini merupakan pengejawantahan dari konsep Islami. Kita memahami bahwa konsep Islam telah mengajarkan,  “Apabila seorang perempuan telah menikah, maka nafkahnya wajib ditanggung oleh suaminya” (Rasjid, 2000:375).

b. Pemecat Sengkang
Wujud benda yang digunakan untuk pemecat Sengkang adalah anting emas yang diletakkan pada sebuah nampan kecil. Karena bagi masyarakat suku Sasak, seorang wanita yang sudah kawin tidak lagi boleh menggunakan anting sebagai perhiasan.
c. Penjaruman
Selain benda-benda di atas, dalam upacara adapt Sorong serah Aji Krama terdapat sebuah benda berupa jarum dan benang. Benda ini dinamakan penjaruman.
d. Pelengkak
Pelengkaq merupakan denda yang dikenakan kepada pihak pengantin laki-laki yang berani mengawini seorang gadis yang masih memiliki kakak belum kawin.
e. Babas Kuta
Babas Kuta atau Pembabas Kute merupakan denda yang diwajibkan untuk dibayarkan oleh pihak pengantin laki-laki karena kehadiran mereka padfa acara Sorong serah Sji Krama dan Nyongkolan menimbulkan kegaduhan dan keramaian.
f. Krama Desa
Karma desa adalah salah satu kewajiban yang harus ditanggung oleh pihak pengantin laki-laki sehubungan dengan telah membawa seorang gadis dari sebuah desa untuk dijadikan istrinya.
g. Kor Jiwa
Seperti halnya krama desa, Kor Jiwa juga merupakan salah satu kewajiban yang harus dibayarkan oleh pihak keluarga pengantin laki-laki sebagai bentuk ganti rugi kepada kampong yang telah kehilangan warga sebab sebuah perkawinan.
h. Pecanangan/Penginang/Karas
Pecanangan merupakan tempat diletakkannya kapur, sirih, pinang, gambir dan tembakau. Di samping itu, makanan bagi masyarakat suku Sasak merupakan sarana pembinaan solidaritas kelompok masyarakat yang paling menonjol. Sahabat, kenalan ataupun setiap orang yang datang bertamu, selalu dijamu dengan pecanangan. Sikap dan pola tingkah laku yang demikian itu dibentuk oleh pandangan hidup dan sistem nilai dalam masyarakat yang berazaskan persaudaraan dan kebersamaan. 
j. Lanjaran
Dalam acara adat pada masyarakat suku Sasak, Lanjaran/rokok merupakan perlengkapan adat yang harus tetap ada.  Biasanya, rokok yang digunakan dalam acara adat adalah rokok yang terbuat dari tembakau dilapisi dengan daun jagung. (Berbagai Sumber).

Cara Menghitung Aji
Secara umum, Aji yang sudah familiar di kenal di Lombok antara lain Aji 33, 66, dan 100. Khusus untuk aji 150 bisa ditemui di Desa Ganti, Praya Timur, Lombok Tengah. Aji ini memang telah banyak mengundang diskusi dan perdebatan.
Tetapi realitanya Aji 150, harus diakui ada sampai saat ini. Penggambaran Aji mewujud dalam materi. Aji 33 digambarkan dengan olen (kain) sebanyak 26 lembar dan menapak lemah (uang) 7. Aji 66 yakni olen 33 lembar dan menapak lemah 33. Aji 100 dengan olen 66 lembar dan menapak lemah 34.
“Sedangkan untuk aji 150, olen 50 lembar, menapak lemah 100,” tutur Muksin.
Khusus untuk menapak lemah karena bentuknya uang terus dinamis dari tahun ke tahun. Tertantung nilai mata uang yang berlaku. Dulu, satu atau siu menapak lemah dihargai Rp 200. Seiring dengan menyusutnya nilai mata uang, siu pun nilainya di sesuaikan. Dari Rp 400, Rp 600, Rp 800.
“Hingga kini siu menapak lemah dihargai Rp 10 ribu,” ujarnya.
Maka seorang pria punya menapak lemah 7, maka tinggal dikali Rp 10 ribu. Maka menapak lemah-nya adalah Rp 70 ribu. Begitu juga untuk mereka yang punya menapak lemah 33 maka uang yang dikeluarkan Rp 330 ribu, dan seterusnya.      
. Para pemangku kepentingan haruslah bersinergi. Ini bukan untuk siapa-siapa. Semua demi keberlangsungan budaya Adat Sasak. Apalagi, pesan yang ingin disampaikan lewat adat budaya Sasak sesungguhnya sama dengan pesan kebaikan yang disampaikan agama. (zad/ili/dss/ton/puj/cr-tih)
  
Tanggapan pribadi 
Kenapa saya memilih aji kerame anatu sorengserah ini karena suasana didalamnya sangat kental nilai adat, folosofi dan makna dari setiap langkah-langkah yang di lakukan. Sorong serah aji keraae ini sangat sangat bernilai tinggi, apa lagi masyarakat suku sasak kenapa? Ya karena isis dari sorong serah ini penuh makana dan nilai yang baik dan semoga acara sorong serah aji kerame ini tidak memudar dan para pembayunpun mempunyai generasi yang baik dan banyak agar kebudayaan suku sasak tetap terjaga. Palagi dengan kehusuaan para pembayun atau para ketua adat yang memandu acara dengan hikmat itu membuat salah satu nilai lagi bagi saya, suasana disaat acara itu terlaksana sangat religius dan saya juga pernah melihat langsung pelaksanaan aji kerame ini karena tetangga saya menikah dengan anaka keturunan Raja atau Lalu.




Terimakasi buat para sumber yang lainnya dan saya mohon maaf jika ada salah atau bagaimananya saya mintak maaf dan sekali lagi terimakasih atas sumber yang ada untuk kebudayaan sorong serah aji kerame ini.salah satu sumber ini  kebudayaan sasak (By. Malik Hidayat & Asri The Gila dkk yang lainya).
Demikian dari saya apa bila ada kesalah kata-kata yang disampaikan oleh saya, saya mohon maaf sebesar-besarnya atas informasi yang saya berikan mukin salah atau bagaimananya dan sekali lagi saya mofon maaf lebih dan kurangnya saya ucapkan terimakasi.
Asalamualaikum wr.wb


Komentar

Posting Komentar